TARIK NAFAS: Kapolres Dompu (nunjuk) sedang ngobrol dengan sejumlah anggota ekspedisi pada ketinggian 2000 meter di punggung gunung Tambora
Menaklukan Puncak Tambora dalam Ekspedisi Super Ekstrim Touring (1)
Bupati dan Kapolres Pamer Ketangguhan Libas Cadas Terjal
Keangkeran sekaligus kemegahan gunung Tambora masih merupakan cerita terbesar yang terus melegenda hingga kini. Letusan dahsyatnya pada bulan April 1815 membuat gunung berapi yang menjulang tinggi di sisi utara Kabupaten Dompu ini tercatat dalam sejarah dunia. Minggu kemarin, Lombok Post/Radar Bima ambil bagian dalam ekspedisi Tambora. Apa saja kisahnya?
Iwan Sakral-Dompu
Hanya punya waktu beberapa jam untuk persiapan. Koran ini langsung sepakat ketika Kapolres Dompu AKBP Tjatur Abrianto, Sabtu lalu mengajak untuk ikut ekspedisi tersebut. Tantangan ekspedisi ini sangat berat dan sulit, karena penaklukan Tambora dilakukan dengan sepeda motor.
Sempat memboyong pulang motor modifikasi yang sudah dirubah jenis off road dengan body tinggi jenis trail. Pilihan koran ini akhirnya jatuh pada motor bebek dengan modifakasi maksimal yang membuatnya sangar dengan tenaga besar. Pilihan ini kelak terbukti sangat tepat.
Minggu pagi Pukul 06.30 Wita. seluruh peserta ekspedisi sudah berkumpul di rumah Kapolres Dompu. Peserta ekspedisi berjumlah 23 orang, termasuk didalamnya Wakapolres, Kasat Intel dan Kasat Lantas. Ada pula Kepala BRI Dompu dan sejumlah anggota motor ekstrim Dompu yang memang petulalang sejati. Bupati Dompu juga ambil bagian, tapi orang nomor satu di Pemkab Dompu tersebut memilih menunggu di gerbang masuk gunung Tambora.
Raungan suara sepeda motor membelah Dompu. Sepanjang jalan konvoi ini menarik perhatian warga. Motor-motor petualang ini bukan motor sembarangan. Semuanya sudah dimodifikasi dengan setingan khusus. Tak hanya body yang tinggi besar. Tapi pirantinya sudah disesuaikan untuk melibas semua medan. Ban besar dengan gerigi tebal. Suspensi khusus, rem cakram muka belakang ditambah gir khusus dan setingan mesin motor yang punya akselerasi tinggi.
Tepat Pukul 09.30 Wita, rombongan tiba di gerbang masuk Tambora. Disebut gerbang, karena disinilah rute utama untuk ke puncak Tambora dilalui. Meski disebut gerbang, namun tanda petunjuknya sangat minim. Hanya ada tulisan kecil di sobekan karton yang menunjukan itu gerbang Tambora. Wilayah ini berada di Doro Ncanga. Berada disini sudah langsung tergbambar kemegahan kawasan Tambora. Sisi barat terhampar pemandangan laut biru, sedangan disebelah timur menjulang puncak Tambora yang sebagian tertutup kabut tebal. ”Diatas kabut itu motor kita nanti akan sampai,” kata Kapolres.
Bupati kemudian bergabung. Orang ini menunggangi super chalenge motor ukuran besar. Sebelum bergerak naik, rombongan sudah harus kehilangan empat orang anggota yakni Kasat Lantas, Kasat Intel, Ciang dan Boy. Para Kasat ini tersesat karena kehilangan jalur, sedangkan Boy dan Ciang motornya rontok.
Medan berat langsung dijumpati ketika roda-roda motor menggilas padang sabana seluas ribuan hektar. Dari jauh keliatan padang sabana ini rata, tapi sesungguhnya penuh batu sebesar kepala manusia, rekahan tanah dan lubang-lubang bekas aliran lava gunung Tambora. Tapi karena ban motor dengan supspensi khusus telah terpasang, medan ini bisa dilalui dengan selamat. Meski dua motor kembali rontok.
Hampir sejam membelah padang berbatu ini. Rombongan kemudian dihadapkan pada belukar dan ilalang setinggi manusia. Jika tadi tanjakan masih bisa dilalui dengan gigi tiga. Maka tanjakan ini harus gigi dua atau gigi satu. Suasana ekstrim benar-benar terasa. Semak belukar tinggi, dengan jurang-jurang terjal mesti dilibas dalam keadaan jarak pandang minim. Kabut tebal membuat pandangan mata hanya maksimal 10 meter.
Matahari sama sekali tidak nampak. Ketinggian disini sudah pada ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Tuntas medan rumput dan belukar. Medan berpasir sudah menunggu. Jalur jalan yang dilalui semuanya berpasir. Salah menarik gas atau posisi badan sedikit saja mengakibatkan ban selip. Situasi sulit tentu saja harus dihadapi seluruh peserta. Tanjakan yang sudah membentuk sudut 30 derajat dengan lintasan berpasir sama sekali bukan hal yang enteng.
Disini ketangguhan peserta benar-benar teruji. Keserasan antara daya tahan tubuh, ketangguhan motor dan kemampuan mengendalikan motor benar-benar ditunjukan. Sebagian besar peserta banyak yang jatuh, terbanting, terbalik atau bahkan merosot kebawah dengan sepeda motornya. Wakapolres bahkan sempat terbalik motornya dengan pedal kopling patah. Namun orang ini memilih untuk terus. Bersama Kapolres, Waka memang termasuk petualang sejati yang gemar melakukan touring di alam bebas.
Pada ketinggian 2000 meter. Situasi menjadi sangat buruk. Bukan hanya kabut yang kian tebal. Tapi medan lintasan benar-benar buruk. Bukan lagi pasir yang mesti dilibas, tapi guguran batu-batu cadas berpasir hasil perut Tambora. Kondisinya sangat berbahaya, kelihatan saja padat, tapi begitu dijejaki roda, langsung amblas. Karena itu mengendarai motor mesti dengan cara khusus seperti mengatur tumpuan yang pas, sehingga beban pada roda seimbang. Tak heran sebagian besar motor sudah rontok dan tak bisa lagi beraksi.
Tanjakan-tanjakan 45 derajat sudah menghadang. Sungai berpasir hitam juga beberapa kali dilintasi. Pada titik ini. Kapolres bersama empat peserta lainnya. Memilih berhenti. ”Silakan lanjut, saya sudah ke puncak. Yang belum harus maju terus,” kata Kapolres. Sisa rombongan yang melanjutkan perjalanan tinggal tujuh motor.
Medan yang semakin berat benar-benar menguras tenaga. Terkadang motor harus dituntun dengan gas maksimal untuk melewati tanjakan berbatu cadas dengan sudut kemiringan 45 derajat. Ketika sampai pada ketinggian 2300 meter. Wakapolres dan Pak Haji (seorang dedengkot motor ekstrim di Dompu) lempar handuk.
Koran ini sebenarnya sudah kehabisan tenaga. Tapi niat kuat untuk sampai ke puncak agar bisa menceritakan kepada pembaca membuat energi itu pulih kembali. Setelah minum sebotol minuman penambah energi koran ini melaju, kali ini ditemani seorang anggota Polres bernama Sapto. Bupati sudah melaju didepan bersama seorang anggota Polres dan personil motor esktrim bernama Sadam.
Masih ada jarak 300 meter yang merupakan tempat terakhir untuk bisa dijejaki roda. Namun jarak ini begitu sulit. Tanjakannya nyaris tegak lurus. Sekali saja motor tergelincir, maka akan langsung hilang dikedalaman jurang yang tak terukur itu. Lintasan ini juga mesti dilibas dalam jarak pandang yang tidak sampai 5 meter. Setelah mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan, lima motor akhirnya bisa sampai di ketinggian 2.600 meter. Masih ada 200 meter lagi untuk sampai puncak. Tapi sisa 200 meter itu sama sekali tidak bisa digunakan dengan motor. Selain lereng puncak sudah sangat miring dan hampir tegak seperti dinding, tidak ada jejakan untuk roda, karena merupakan batu berlumut hijau dengan kondisi basah serta penuh lubang-lubang besar tempat aliran lava.
Setelah membuka helm, menarik napas panjang dan mereguk minuman. Matapun memandang alam sekitar. Keagungan alam langsung terhampar dan sulit jelaskan dengan kata. Apa saja kemegahan alam dan bagaimana cerita bunga edelweiss serta sisi mistis dan kejadian aneh yang dialami sejumlah peserta di puncak gunung tertinggi yang ada di Pulau Sumbawa tersebut? Baca terus koran kesayangan anda ini besok. *
//f-petualang
Iwan Sakral/Radar
DIATAS AWAN: Bupati Dompu Syaifurrahman Salman bersama koran ini (pegang senjata) dan seorang anggota Polres Dompu di posko terakhir sebelum puncak di ketinggian 2.700 meter dari permukaan laut.
Oleh : Iwan Sakral-Dompu