TATA CARA PENULISAN KAPATU/PATU (2)

TATA CARA PENULISAN KAPATU/PATU (1)


Tata Cara Menulis Patu Mbojo:

1. Pada setiap baris ada kata yang dipersesuaikan
2. Tiap baris merupakan satu kalimat yang utuh dan mengandung 2 makna sesuai dengan makna kata yang dipersesuaikan
3. Berirama memikat (memukau)
4. Tiap bait mengandung 3 baris atau 4 baris

Berikut contoh PATU Mbojo berbaris 4:

buneku cara na ngupa ngaha ma caru
rawi ma da tantu ba da loa tunti
ncoki ja ra mori ti kone loa maru
ndake isi kula dou ma da sakola

(persesuaian kata: cara dengan caru; tantu dengan tunti; mori dengan maru; kula dengan sakola)

Contoh Patu Mbojo berbaris 3

(Patu Ngoa-ra tei):
Mori di rasa dou aina nefamu dae
mori ma darere aina ipi darura
ede wa'umpa co'ina ngupa ilmu ndi ca'u

Ngupamu siwe aina ma ne'e siwi
siwe ma ne'e siwi na ca'u ngupa suwu
siwe mandede na ca'u ndada.

Patu ma-Lucu (jenaka):
Tiwara madacaru karawi ma batu cara
tiwara madamaci karawi sampela moci
sampela ma loa sajana mode wa'ura lao


TATA CARA PENULISAN KAPATU/PATU (2)

Kapatu/Patu berasal dari kata Pantun, merupakan seni sastra yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat Bima.Patu Mbojo sangat dipengaruhi oleh sastra Melayu, dapat dilihat dari seni berpantunnya. Bila pantun terikat pada sajak dalam setiap bait, maka PATU terikat pada persesuaian kata di setiap barisnya. Jadi, pantun terikat pada setiap bait sedangkan PATU terikat pada setiap baris.

Perbedaan lainnya adalah: Bila tiap bait pada Pantun terdiri dari 4 baris (baris 1 dan 2 sebagai pendahuluan/pembukaan dan baris 3 dan 4 merupakan isi), maka pada Patu tiap barisnya merupakan ISI, artinya tanpa pendahuluan/pembukaan. Akibat perbedaan ini maka terjadi pula perbedaan irama dan dan nada. Pendahuluan/pembukaan pada pantun berupa pelukisan alam yang terkait dengan isi, sedangkan pada Patu langsung memuat isi secara keseluruhan.

Patu Mbojo terbagi atas 3 jenis yaitu: Patu Ne'e Angi (muda-mudi), Patu Ngoa-ra-tei (nasihat) dan Patu ma-lucu (jenaka). Patu Ne'e Angi masuk dalam kelompok Pantun Berbalas, biasanya selalu 4 baris, sedangkan Patu Ngoa-ra-tei dan Patu ma-lucu tiap bait terdiri atas 3 baris. Patu tidak saja dilakukan dalam situasi biasa, tetapi lebih dari itu, patu banyak dijadikan sebagai syair yang dilantunkan oleh penyanyi biola atau penyanyi gambus.

Dalam menulis Kapatu/Patu Mbojo harus mengikuti kaidah (tata cara) sbb:

1. Pada setiap baris ada kata yang dipersesuaikan
2. Tiap baris merupakan satu kalimat yang utuh dan mengandung 2 makna sesuai dengan makna kata yang dipersesuaikan
3. Berirama memikat (memukau)
4. Tiap bait mengandung 3 baris atau 4 baris

Berikut contoh perbedaan antara Pantun Melayu dengan PATU Mbojo:

Pantun Melayu:(sajak i - i - i - i)

Kalaulah Abang mandi di kali
Janganlah lupa pilih di tepi
Kalaulah Abang cinta sejati
Ingat diriku walau sampai mati

(baris 1 dan 2 (pembukaan) tidak terkait dengan baris 3 dan 4 (isi)

Kapatu/Patu Mbojo: (Patu Ne'e Angi)

Mone:
Ndake ade nahu ma ne'e eda
dou ra ca'u ndi wa'a kaiku co'i
ade ma samada kananu ma da midi
ne'e lao raka aka uma ruka
(persesuaian kata: Ade dengan eda; ca'u dengan co'i; samada dengan midi; raka dengan ruka)

Siwe:
Ndede wali ake ade ma wa'ura ako
samada kantuwu dou ca'ura kantawi
mai ta coco rakaku karoci uma ruka
ka sabua mpa nggahi ndadi mpa douma kanggihi
(Persesuaian kata: ake dengan ako; kantuwu dengan kantawi; raka dengan ruka; nggahi dengan kanggihi)
Tiap bait saling terikat satu sama lain.


Wara to'impa manfaatna ndi ru'u dana ra rasa Mbojo.

22 Desember 2009
H. Arsyad Ishaka - Kampo Sambawa


Diambil Dari: Komunitas Kapatu Mbojo