Emosi dan Sudut - DompuGraphy

Emosi dan Sudut

Tulisan dari: Black_Claw


Kalian yang pernah keluar dari dalam bioskop, menenteng seember air berisi air mata kalian sehabis menonton drama dengan tema kisah keluarga yang miskin tapi tetap tegar, atau berjalan keluar membusungkan dada selepas menghabiskan waktu dua jam lebih bersama orang-orang Sparta kebanyakan akan memuji totalitas akting dari aktor atau aktris pada film tersebut.

Sementara beberapa teman kalian yang dirumah sedang menguap lebar menyaksikan film lokal yang tayang di televisi sembari memaki-maki aktor atau aktrisnya yang dikatakan terlalu lebay.

Selain narasi, pencahayaan, tata suara, dan beberapa hal lain yang hanya ada di film, ada hal yang sangat jarang ditemui pada produk kejar tayang yang memberikan impact yang besar dalam melipatgandakan penyampaian emosi dalam sebuah gambar, baik yang diam maupun yang bergerak.

Sudut pengambilan gambar. Angle, kata mereka.

Melalui sudut pengambilan gambar yang tepat, emosi karakter akan diperkuat berkali-kali lipat sehingga bisa mempengaruhi emosi orang yang melihat sebuah karya.

Ada beberapa sudut yang umum digunakan. Misalnya:


Eye-Level

Ini sudut pandang yang paling sering kamu temui saat membuat pas foto, SIM, KTP, foto bersama, foto pelatihan, foto nikah, surat nikah, surat cere, dan lain-lain. Sudut pandang paling mirip dengan mata manusia. Kamu melihat semuanya sejajar dengan mata kamu.
Sudut ini akan menampilkan subjek dalam gambar sesuai dengan apa yang kamu lihat sehari-hari.
Fotografer profesional bahkan akan menggunakan lensa 50mm, lensa yang paling mirip dengan daya jangkau mata manusia untuk mengambil gambar eye-level pada kamera full frame.

Sudut ini adalah sudut yang paling netral dalam hasil impact atau emosi. Biasanya, jika subjek memiliki mata (pot bunga ga punya mata tapi banyak kok orang yang motret pot bunga), pandangan subjek dalam gambar akan bertemu dengan orang yang melihat gambar, memberikan kesan dekat, sama besar, dan intim.

Mudahnya, perhatikan gambar ini.

Oke, saya paham, mungkin kamu tidak ingin menjadi intim dengan laki-laki tersebut, tapi bukan ini maksudnya. Perhatikan mata orang di dalam foto itu. Secara praktek, dia sebenarnya memandang ke sudut kiri atas, tapi kamu akan merasa seolah-olah dia memandang kamu, kemanapun kamu menggerakkan kepala. Itu loh, maksudnya kesan intim…

Sudut ini paling baik digunakan untuk menampilkan kesan “Jujur”, atau “Apa adanya”.


Waist-Level

Sama seperti eye-level, waist level akan memberikan kesan “Jujur” dan “Apa adanya”. Hanya saja, pada waist level, akan timbul kesan bahwa yang mengambil gambar adalah orang ketiga, bukan orang yang memotret. Sudut pandang mahluk lain yang kebetulan ada di lokasi kejadian, kalau boleh saya bilang.

Waist level diambil segaris dengan subjek, tetapi posisi kamera tidak pada mata pemotret melainkan dibawahnya. Bisa pinggang seperti namanya, perut, dada, dan yang lain. Karena pada saat yang sama kamu tidak bisa melihat melalui jendela pengintai kamera, kamu harus mengira-ngira komposisi gambarnya (jangan lupa untuk ngefokus dulu sebelum “diturunin” kebawah). Jika kamu menggunakan kamera yang memiliki fitur live fiew, kamu bisa menggunakan layar LCD untuk tetap melihat dan mengatur komposisi.
Kamera semacam twin reflex kebanyakan akan menghasilkan gambar dengan sudut pandang seperti ini, karena bentuk kamera membuat kamu akan melihat dari atas dan lensa akan mengambil gambar dibawah eye-level.


High Angle

Mudahnya adalah mengambil gambar dengan posisi lensa menunduk ke bawah. Ini akan menghasilkan gambar yang membuat orang yang memotret atau melihat hasil gambar nantinya seolah diatas angin. Subjek dalam gambar akan terlihat lemah, tidak signifikan, menyerah, kecil.

Ah seharusnya saya tidak perlu menyertakan contoh. Kamu tau foto-foto ababil di fesbuk? Kebanyakan akan mengambil gambar dengan sudut seperti ini karena sudut ini juga akan memberikan kesan bahwa subjek lebih muda, imut, manis, bingung, pasrah, dan kekanak-kananakan. Kebanyakan malah mengambilnya dengan sudut yang ekstrim dan “ekstriiim!”

Kaitannya dengan banyaknya kasus pemerkosaan ababil akhir-akhir ini masih dipertanyakan, tapi saya yakin kita tau jawabannya sejelas “ekstriiim!” dengan tanda kutip. :P


Bird’s Eye

Adalah high angle yang sangat ekstrim, diambil diatas garis batas normal mata dengan subjek dalam gambar, atau mudahnya diatas kepala. Kadang bahkan hampir atau malah tegak lurus sembilan puluh derajat dengan kepala orang atau benda dalam gambar. Perspektif yang diberikan biasanya tidak natural, berbeda. Ini akan memberikan efek dramatis ke orang yang melihat.

Cakupan pandang sudut ini biasanya cukup luas, sehingga bisa menampilkan sesuatu yang tidak diketahui oleh subjek dalam foto, sehingga memberikan ketegangan pada orang yang melihat gambar. Misalnya di film action, dimana gambar terlihat diambil dari tempat yang lebih tinggi, dan ada orang yang tiba-tiba menyergap karakter utama film dari belakang.

Sudut pandang jenis ini dapat juga ditemukan dengan mudah di gambar-gambar pertandingan olahraga. Ini dikarenakan posisi orang yang mengambil gambar umumnya di stadion yang lebih tinggi dari tempat para atlit berlaga.


Low Angle

Kebalikan dari High Angle, gambar diambil dengan posisi lensa yang mendongak. Ini akan memberikan kesan orang yang mengambil gambar ataupun yang melihat gambar nantinya lebih kecil dan lemah, sementara subjek dalam gambar berkesan “Besar”, “Kuat”, “Luar biasa”, dan “Dominan”.

Oleh karna itulah gambar-gambar preman, penjahat, kriminil, dan profesi-profesi bejat lainnya sangat jarang diambil dengan angle seperti ini oleh media karena lebih berkesan menakutkan orang. Meskipun demikian, untuk studi kasus ini saya memberanikan diri mengambil satu.

Sebaliknya, gambar-gambar orang yang berjasa bagi negara, pejabat, anggota DPR maupun calon anggota DPR banyak diambil dengan sudut ini untuk memberikan kesan “berkuasa” dan “kredibel”. Tentu saja dengan senyum khas mereka…

Gambar dengan sudut pandang Low Angle juga bisa membuat subjek seolah-olah berada di tempat yang tinggi, atau membuat sebuah tempat yang tinggi terlihat lebih tinggi lagi.


Frog’s View

Kebalikan dari Bird’s Eye. Kamera diletakkan segaris dengan tempat berpijak, memandang lurus atau mendongak ke atas. Ini akan memberikan efek pembesaran yang super terhadap subjek dalam gambar. Melipatgandakan efek Low Angle. Sudut pandang yang diberikan sangat berbeda sehingga orang yang melihat gambar seolah-olah menjadi sangat kecil.
Sedemikian kuatnya, sehingga seolah-olah bukanlah manusia yang mengambil gambar.


Slanted

Alias The Dutch Tilt, The German Angle, The Oblique Angle, The Batman Angle, dan nama-nama aneh lainnya yang pernah diciptakan oleh manusia. Dilakukan dengan menempatkan horison pada gambar pada pojok tertentu secara miring.

Ini akan menonjolkan perasaan campur aduk dari subyek foto, ketidakseimbangan, atau psikologi yang bergejolak. Gaya ini dipopulerkan oleh video-video dengan gaya MTV.


Selain memberikan emosi pada gambar, sudut juga berperan penting dalam komunikasi antara fotografer dengan model pada fotografi. Ada beberapa sudut tertentu yang memungkinkan seorang fotografer bisa berkomunikasi secara lugas dengan model, terutama bagi orang yang memang tidak pernah berpengalaman sebagai modol.

Untuk contoh, berikut adalah sebuah foto yang diambil di Eye Level, dimana kamera menutupi muka fotografer.

Di foto tersebut terlihat foto tipikal pas foto yang minim ekspresi, malu, tidak santai, bahkan model utama yaitu bapaknya Yanuar melihat kearah lain. Kurangnya kontak dengan fotografer, yaitu jarak yang dibatasi dengan kamera kadang membuat sang “model” gugup.

Miringkan badan sedikit ke kanan, turunkan kamera ke bawah untuk memperlihatkan muka, kemudian mengatakan “Sekali lagi, siap, yak!” sambil tersenyum dan memberikan kontak mata ke “model” akan membuat sang “model” merasa santai dan memberikan ekspresi yang natural dan terutama menghilangkan batas antara fotografer dengan modelnya, yaitu kamera, seperti pada foto ini:

Cara pengambilan gambar seperti ini bisa digunakan untuk mengatasi ketakutan akan kamera dari orang yang akan difoto, misalnya pada bayi, anak-anak, orang tua, dan kebanyakan orang yang bukan banci foto. :D


sumber:
http://foto.dompu.info